Sistem Respirasi Cacing dan Katak
1.
Sistem Respirasi Cacing
Cacing belum memiliki
alat respirasi khusus. Oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah yang terdapat
pada kulit melalui permukaan kulit yang lembab. Oksigen akan diikat oleh
hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari tubuh juga melalui
permukaan kulitnya. Karena respirasi cacing dilakukan melalui permukaan
tubuhnya (integument), maka respirasi cacing disebut respirasi integumenter.
Sistem integumen
adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal
dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Pertukaran gas-gas pada cacing lebih mudah terjadi pada kulit yang lembab,
sehingga cacing hidup di tempat yang lembab. Habitat yang lembab akan menjaga
permukaan di tubuhnya tetap basah (lembab). Sebanyak 85 % dari berat tubuh
cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media
pemeliharaan tetap lembab (kelembaban 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai
mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di
permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. cacing yang
terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup
walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke media yang lebih cocok. Sebagian besar cacing bernafas menggunakan
permukaan tubuhnya, misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu
Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada
beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di
air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) ini
bernapas menggunakan sepasang porapodia yang berubah
menjadi insang. Pada Planaria, O2 yang terlarut di
dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian juga
dengan pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan
tubuhnya yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh-pembuluh darah.
Selanjutnya, O2 diedarkan ke seluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO2 sebagai sisa
pernapasan dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian keluar
melalui permukaan tubuh secara difusi.
Permukaan tubuh cacing
tanah selalu basah. Hal ini berfungsi untuk mempermudah proses
difusi O2 melalui permukaan tubuhnya.
1.
Sistem
Pernapasan pada Katak (Amfibi)
Pertukaran gas lewat kulit pada katak, lebih banyak
digunakan untuk mengeluarkan CO2. Sedangkan masukan oksigen lewat
paru – paru mencapai tiga kali lebih besar dibandingkan lewat kulit. Kulit
bagian punggung dan bagian paha yang labih padat dibandingkan dengan bagian
kulit bagian bawah. Katak bernapas dengan paru – paru dan kulit.
Mekanisme pernapasan pada katak :



a
Sistem Pernapasan pada Katak
Mulai muda hingga dewasa, katak mempunyai alat pernapasan yang
berbeda-beda. Saat masih berudu, insang digunakan katak untuk mengambil
dan mengeluarkan oksigen. Kira-kira umur 12 hari, katak akan menggunakan
insang dalam sebagai alat pernapasan. Sesudah dewasa, alat pernapasan
insang akan diganti dengan paru-paru. Saat di air, katak
tersebut bernapas menggunakan permukaan kulitnya. Selain itu,
katak juga menggunakan alat pernapasan rongga mulut yang
berupa glotis. Pada tubuh katak, tulang rusuk dan sekat diafragma
tidak dapat temui perannya dalam pernapasan. Akan tetapi, peran
tersebut digantikan oleh otot rahang bawah, otot sterno hioideus, otot
genio hioideus, dan otot perut. Saat menggunakan paru-paru, mekanisme
pernapasan katak berlangsung dalam dua fase, yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi.
Masing-masing fase ini terjadi dalam keadaan mulut
tertutup. Terjadinya fase inspirasi diawali dengan tertutupnya celah
tekak dan mulut. Selanjutnya otot rahang bawah mengendur dan otot
sterno hioideus berkontraksi, sehingga rongga mulut membesar.
Keadaan tersebut membuat, udara dari luar masuk ke dalam rongga mulut
dan hulu tenggorokan melalui koane. Kemudian, sekat akan
menutup koane. Oleh kontraksi otot rahang bawah dan otot genio
hioideus, rongga mulut menjadi kecil. Akibatnya, tekanan di dalam rongga
mulut menjadi besar. Adanya perbedaan tekanan udara, membuat udara
masuk menuju celah-celah yang terbuka (faring) dan dilanjutkan
menuju paru-paru. Oleh karenanya, pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi.
Fase ekspirasi akan terjadi bila otot rahang bawah mengendur,
sementara otot sterno hioideus dan otot perut berkontraksi.
Akibatnya, udara dalam paru-paru tertekan keluar. Udara tersebut akan
masuk ke dalam rongga mulut. Berikutnya, celah tekak menutup dan
koane membuka. Otot rahang bawah berkontraksi dan diikuti otot
genio hioideus. Akibatnya, rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
menjadikan karbon dioksida keluar dari tubuh katak.
Comments
Post a Comment